Ceramah Maulid

Peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW dirayakan di mana-mana, khususnya dalam masyarakat Islam Nusantara. Semoga segala aktifitas tersebut menuai makna yang signifikan, bukan bagai kalimat dalam syair lagu melayu, ‘ibarat air di daun keladi’, atau bagai hembusan sang bayu, melainkan mempunyai dampak pada gerak maju dalam menapak kemajuan peradaban dan masyarakat Islam khususnya, serta peradaban dan masyarakat dunia serta bagi segenap alam seutuhnya (rahmatan lil ‘alamin).

Nabi Besar Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal tahun gajah. Menurut Muhammad Pasha, akhli ilmu falak Mesir masa itu bertepatan dengan 20/22 April 571 M. Masa itu dikenal sebagai masa jahiliyah. Masa jahiliyah merupakan masa di mana kemampuan manusia di berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni, sosial, budaya, niaga, politik/kekuasaan tidak dibimbing oleh nurani dan iman yang lurus. Oleh sebab itu pada periode awal yang dibenahi terlebih dahulu adalah masalah aqidah. Ayat-ayat yang turun pada periode awal (Makkiyah) adalah yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala serta pengajaran dan budi pekerti. Sering pula masyarakat jahiliah diartikan sebagai bodoh. Hanya saja bila jahiliyah diartikan bodoh, maka sesungguhnya dari mereka telah banyak yang menguasai bidang seni dan sastra, niaga (bisnis), sosial, kekuasaan, siasat perang, sudah terdapat diantara mereka yang mengembara menuntut ilmu hingga sampai ke Madain di Persia (Iran sekarang), rasulullah pernah bersabda ‘tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina’, jadi mobilitas masyarakat masa itu sudah cukup tinggi, hingga pula ke negeri Syam (di Siria, Libanon, Palestina sekarang), Yaman dan lain-lain. Persoalannya adalah nurani dan iman yang lurus yang tidak mereka miliki. Teringatlah penulis pada satu buku yang ditulis oleh salah seorang ulama besar yang berjudul ‘Jahiliyah Modern’.

Ayat yang pertama kali turun adalah Iqra’, ‘bacalah’, tapi bila hanya sekedar membaca tak terbilang orang-orang kala itu yang telah pandai membaca, baik membaca dalam pengertian membaca atas tulisan ataupun dalam kemampuan membaca fenomena alam (ayat-ayat kauniyah). Namun kelanjutan firman Allah tersebut adalah ‘bacalah dengan menyebut nama Tuhan mu’, namun bila hanya sampai di situ maka sesungguhnya baik masyarakat Mekkah atau Arab pada umumnya, Persia, India dan lain-lain telah mengenal tuhan. Ingat akan latta, uzza, manata (tiga berhala terbesar) dan seterusnya bagi masyarakat Mekkah kala itu, bagi bangsa Persia menyembah akan api (majusi), masyarakat India atas segala yang luar biasa seperti sungai besar, pohon besar ataupun patung dan sebagainya. Melainkan Alah berfirman, ‘bacalah dengan nama Tuhan mu yang menciptakan’, jadi bukan tuhan yang diciptakan, baik yang diciptakan oleh sesama makhluk (khususnya manusia), seperti patung-patung dan sebagainya maupun yang diciptakan oleh Tuhan (Allah), seperti gunung-gunung, matahari, api dan sebagainaya.

Pada masa itu pula kegelapan telah menyelimuti dunia seutuhnya. Negeri-negeri yang dahulu menguasai peradaban besar seperti Romawi, Yunani, Mesir, Persia, India, Cina telah terpuruk. Abad-abad itulah yang dikenal dalam sejarah sebagai abad pertengahan (middle ages), yang merupakan abad kegelapan.

2 Response to "Ceramah Maulid"

  1. www.yulieheryetti.com says:
    11 Maret 2011 pukul 19.11

    alhhdllah

  2. www.yulieheryetti.com says:
    14 Maret 2011 pukul 19.38

    Pak saiful,tlg dong py b neng benerin blogspotx biar sy bisa komen2nan ama b neng,trims sblmx

Posting Komentar